Selasa, 16 Desember 2014

UU ITE


Hal-hal yang diatur dalam UU ITE secara garis besar


Secara garis besar UU ITE mengatur hal-hal sebagai berikut :

* Tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum yang sama dengan tanda tangan konvensional (tinta basah dan bermaterai). Sesuai dengan e-ASEAN Framework Guidelines (pengakuan tanda tangan digital lintas batas).
* Alat bukti elektronik diakui seperti alat bukti lainnya yang diatur dalam KUHP.
* UU ITE berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum, baik yang berada di wilayah Indonesia maupun di luar Indonesia yang memiliki akibat hukum di Indonesia.
* Pengaturan Nama domain dan Hak Kekayaan Intelektual.
* Perbuatan yang dilarang (cybercrime) dijelaskan pada Bab VII (pasal 27-37):
o Pasal 27 (Asusila, Perjudian, Penghinaan, Pemerasan)
o Pasal 28 (Berita Bohong dan Menyesatkan, Berita Kebencian dan Permusuhan)
o Pasal 29 (Ancaman Kekerasan dan Menakut-nakuti)
o Pasal 30 (Akses Komputer Pihak Lain Tanpa Izin, Cracking)
o Pasal 31 (Penyadapan, Perubahan, Penghilangan Informasi)
o Pasal 32 (Pemindahan, Perusakan dan Membuka Informasi Rahasia)
o Pasal 33 (Virus?, Membuat Sistem Tidak Bekerja (DOS?))
o Pasal 35 (Menjadikan Seolah Dokumen Otentik (phising?))



UU ITE sebagai payung hukum


Hampir semua aktivitas cyber crime membutuhkan aktivitas lainnya untuk melancarkan aktivitas yang dituju. Karena itu UU ITE harus mampu mencakupi semua peraturan terhadap aktivitas-aktivitas cybercrime …. cybercrime,dan seharusnya masyarakat dapat diperkenalkan lebih lanjut lagi mengenai UUD ITE supaya masyarakat tidak rancu lagi mengenai tata tertib mengenai cyberlaw ini dan membantu mengurangi kegiatan cybercrime di indonesia. …

Isi UU ITE yang Membahayakan Kebebasan Pendapat Pengguna Online. Pasal dalam Undang-undang ITE Pada awalnya kebutuhan akan Cyber Law di Indonesia berangkat dari mulai banyaknya transaksi-transaksi perdagangan yang terjadi lewat dunia maya. … Dan dalam perkembangannya, UU ITE yang rancangannya sudah masuk dalam agenda DPR sejak hampir sepuluh tahun yang lalu, terus mengalami penambahan disana-sini, termasuk perlindungan dari serangan hacker, pelarangan penayangan content

Yang jelas, dengan adanya UU ITE ini, sudah ada payung hukum di dunia maya. Maka kalau Anda bergerak di bisnis ini, pelajari baik-baik isinya. Secara umum dijelaskan dalam Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE),

Untuk informasi Lebih lanjut Klik Link ini

Selasa, 21 Oktober 2014

PERJUANGAN DAN SAHABAT

Selasa, 22 oktober 2014
by : izah afiffah


setiap hari..
pagi..siang..sore..
tiada henti ak datang ke kampusku ini.
bertemu dengan dosen yang setia membekali ilmu..
dan teman-teman seperjuanganku..
yang selama ini bersama-sama sedang berjuang untuk dapat meraih gelar dan memperoleh bekal untuk kelak dapat bekal ilmu untuk dapat membimbing para penerus masa depan bangsa kita ini..
tak kenal lelah..
untuk mendapatkan ilmu itu.
selalu tersenyum dan semangat untuk menjalankan semua ini..
semangat..dan semangat :)

Tawuran Orang tua Jadikan Guru kambing hitam

Kata tawuran mungkin seringkali terjadi di negeri ini bahkan menurut anak yang sering tawuran hal itu menjadi dasar untuk perjuangkan harga diri dan bangga akan hal ini.Trus apakah yang salah dengan negeri ini?

Mungkin jika di tannya dari segi masyarakat atau orang tua menjawab,itu karena kesalahan guru atau pihak sekolah yang kurang tegas dan mengajarkan moralitas namun masyarakat tetaplah masyarakat terkadang hanya berpikir kulitnya saja mungkin dari segi masyarakat awam mungkin benar sekolahlah yang bertugas untuk ajarkan pendidikan namun jika di tanya lagi untuk menjuru kedalam mungkin masyarakt yang berkomentar akan hal itu akan berpikir lain.

Mungkin benar tugas guru mendidik siswa namun apakah guru itu adlah pendidik utama yang pertama ?mungkin masyarakat bilang iya,namun kalo ditanya lagi apakah waktu guru lebih lama bersama siswa di banding orang tua ?tentu saja akan menjawab ya lebih lama orang tua.jadi kesimpulanya Guru mungkin tugansnya mendidik namun guru memiliki batasan-batasanya di tambah lagi ada undang-undang perlindungan anak pastilah itu membatasi seorang guru untuk mengajarkan oralitas karena untuk mengajarkan moral dan disiplin di butuhkan sifat keras seorang guru namun ketika guru melakukan sedikit tegas malah orang tualah yang menjuadi penghambat,merasa paling tau hukum namun tidak adanya kebijaksanaanya untuk hukum itu seringkali orang tua dengan mudahnya melaporkan guru untuk berurusan dengan hukum,terus ada apa dengan negeri ini .

Di saat tujuan Negara untuk mencerdaskan bangsa membangun moral dan disiplin.namun Negara yang membentengi hal itu,di saat Orang tua menjadi pendidik yang pertama dan utama menjadi bukanya mendukung kemajuan anak malah menjadi penghambat kemajuan anak,di saat masyarakat harus ajarkan kebersamaan mereka ajarkan permusuhan ,dan disaat kita harus saling membahu untuk menjadikan generasi yang bermoral malah kita biarkan begitu saja mereka melihat permusuhan yang kita lakukan pada generasi muda dan menjadikan satu kambing hitam yang di saat itu menjadi tanggung jawab bersama.Jadi ditimbang kita salahkan satu dengan yang lain mari kita yang tadinya air yang keruh menjadi bersih jadikan jelek dari tindakan kita yang buruk jadikan tindakan yang baik yang patut di contoh oleh anak didik dan maikan peran kita masing-masing yang di mana guru ajarkan pendidikan ,orang tua ajarkan kebaikan dan masyarakat ajarkan persahabatan.Maka dengan hal itu jadilah generasi muda yang berkualitas di negeri ini dan tiada lagi kata tawuran amin.

By : Iza afifah

   

Senin, 20 Oktober 2014

Sahabat

Nama saya Iza afifah tapi suka di panggil warmad,bude,atau juga iza saja.Dan sekarang Aku baru kuliyah semester Lima,dalam pergaulan saya sungguh menyenangkan banyak teman yang baik yang suka di ajak canda, tawa, dan kadang juga berjuang bersama-sama untuk selesaikan tugas kuliyah.walaupun terkadang terucap keluh kesal dan inggin sekali cepat-cepat lulus namun ada satu hal yang terpikirkan oleh ku...?

Yaitu''Tentang sahabat ku .Mungkin kita sekarang merasa bahagia tawa bersama,canda bersama,dan juga susah bersama namun tak sangkal bahwa di setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan dan tak mungkin kita akan kuliyah terus kan''

Maka jika ingat akan hal itu ingin kulihat sahabatku dengan mata yang lebar dan lebih lama dari pada yang biyasanya....

Jika ingat hal itu ingin ku bicara dengan sahabatku lebih lama dari pada yang biyasanya...

Jika ingat hal itu ingin kurekam sahabatku ke dalam ingatanku dengan baik-baik...

Dan jika ingat hal itu maka akan ku harap kalian juga sadar akan hal itu dan jadikan di setiap tahun,hari,jam ,dan detik yang tersisa untuk waktu kita bersama akan kita jadikan hari-hari yang dimana jadi kenangan yang terindah,yang dimana tiada penyesalan lagi di saat kita berpisah kawan yang dimana jika kita sudah beranjak tua nanti cerita kita akan menjadi cerita kita yang akan di dengarkan dan kita ceritakan pada anak dan cucu kita untuk hargai persahabatan. 

by Iza afifah

Minggu, 19 Oktober 2014

Empat Kompetensi Yang Harus Dimiliki Seorang Guru Profesional

Hanya sekedar mengingatkan buat rekan-rekan guru setanah air, karena pasti sebagian besar guru sudah mengetahui tentang empat standar kompetensi yang wajib dimiliki oleh seorang guru. Terlebih saat sekatang ini sudah hampir setengah dari jumlah guru di Indonesia sudah mempunyai sertifikat sertifikasi. Ini artinya mereka sudah lulus sebagai seorang guru profesional yang tentunya keempat kompetensi guru tersebut harus selalu di laksanakan di dalam kesehariannya dalam melaksanakan tugas.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Menurut Finch & Crunkilton, (1992: 220) Menyatakan “Kompetencies are those taks, skills, attitudes, values, and appreciation thet are deemed critical to successful employment”. Pernyataan ini mengandung makna bahwa kompetensi meliputi tugas, keterampilan, sikap, nilai, apresiasi diberikan dalam rangka keberhasilan hidup/penghasilan hidup. Hal tersebut dapat diartikan bahwa kompetensi merupakan perpaduan antara pengetahuan, kemampuan, dan penerapan dalam melaksanakan tugas di lapangan kerja.
Kompetensi guru terkait dengan kewenangan melaksanakan tugasnya, dalam hal ini dalam menggunakan bidang studi sebagai bahan pembelajaran yang berperan sebagai alat pendidikan, dan kompetensi pedagogis yang berkaitan dengan fungsi guru dalam memperhatikan perilaku peserta didik belajar (Djohar, 2006 : 130).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru adalah hasil dari penggabungan dari kemampuan-kemampuan yang banyak jenisnya, dapat berupa seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam menjalankan tugas keprofesionalannya. Menurut Suparlan (2008:93) menambahkan bahwa standar kompetensi guru dipilah ke dalam tiga komponen yang saling berkaitan, yaitu pengelolaan pembelajaran, pengembangan profesi, dan penguasaan akademik.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru antara lain: kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.
1) Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai berikut;
  • Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
  • Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran memiliki indikator esensial: memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
  • Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
  • Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
  • Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik.
2) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci subkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
  • Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai guru; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
  • Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
  • Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
  • Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
  • Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
3) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut:
  • Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
  • Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.
  • Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
4) Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut:
  • Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
  • Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.
Keempat kompetensi tersebut di atas bersifat holistik dan integratif dalam kinerja guru. Oleh karena itu, secara utuh sosok kompetensi guru meliputi (a) pengenalan peserta didik secara mendalam; (b) penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu (disciplinary content) maupun bahan ajar dalam kurikulum sekolah (c) penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak lanjut untuk perbaikan dan pengayaan; dan (d) pengembangan kepribadian dan profesionalitas secara berkelanjutan. Guru yang memiliki kompetensi akan dapat melaksanakan tugasnya secara profesional (Ngainun Naim, 2009:60).

 copas =  http://ibnufajar75.wordpress.com/2012/12/27/empat-kompetensi-yang-harus-dimiliki-seorang-guru-profesional/

Sabtu, 18 Oktober 2014

Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Motivasi adalah motif atau dorongan yang dimiliki oleh seseorang  dalam melakukan tindakan. Hal ini menegaskan bahwa motivasi adalah satu faktorp penting untuk keberhasilan seseorang dalam melakukan suatu tindakan, termasuk dalam belajar di sekolah. Motivasi ini mtlak di miliki oleh seorang siswa demi keberhasilannya dalam belajar. Motivasi ada dua macam yaitu moivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri. Para ahli sudah menjelaskan bagaimana cara meningkatkan motivasi, khususnya motivasi siswa dalam belajar, karena saat ini banyak sekali siswa-siswa di sekolah yang kurang memiliki motivasi dalam belejar, mereka lebih suka pada hala-hal lain yang sifatnya malah dapat mengganggu belajar, mereka. Berikut adalah beberapa upaya yang bisa di lakukan oleh guru dalam memberikan motivasi belajar pada siswa:

  • Mengajar dengan menggunakan pembelajaran yang komunikatif dan kreatif, dalam hal ini kemampuan guru ketika menggunakan media pembelajaran sangat penting. Proses pembelajaran tidak boleh monoton tapi harus kreatif. Dalam hal ini tentunya guru haru selalu senantiasa melakukan pengembangan diri, dengan berbagai hal seperti seminar, maupun pelatihan-pelatihan.
  • Memberikan reward atau hadiah, sebuah perilaku yang di munculkan siswa atas hasil yang diperolah perlu mendapatkan respon dari seorang pengajar. Respon ini biaanya dalam bentuk reward atau hadiah kepada siswa yang menunjukkan perubahan perilaku dalam belajar. Reward ini jangan sampai yang berlebihan, karena kalau berlebihan bisa menimbulkan kecemburuan sosial diantara para siswa.
  • Memberikan nilai secara objektif, sering kali kita mungkin menemuai beberapa siswa yang komplin kepada guru karena ternayata nilai yang diperoleh tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan padahalal mereka sangat yakin selama ini sudah melakukan yang terbaik dan berusaha melakukan belajar secara benar. Jika hal ini terjadi biasanya minat dan motivasi belajar siswa bisa menurun yang akhirnya berdampak pada prestasi belajarnya
  • Memberikan kesempatan siswa untuk memperbaiki kesalahan. Banyak kita melihat di lapangan kadang ada beberapa oknum guru yang yang memberikan stigma buruk pada salah seorang siswa hanya gara-gara siswa tersebut melakukan kesalahan yang entah di sengaja atau tidak menyinggung perasaan serorang guru. Hal ini sebisa mengkin harus di hindari karena jika tidak siswa akan mengalamai patah semangat dalam belajar.
Beberapa hal di atas adalah beberapa dari sekian banyak cara yang bisa di laukuan untuk memotivasi semangat belajar siswa. Tentunya setiap guru punya cara sendiri-sendiri dalam hal ini, dan apapun caranya itu sah-sah saja selama masih sesuai dengan koridor daan tidak menympang dari haluan dan pedomen pendidikan yang berlaku di suatu sekolahan.


 (Copas = http://binham.wordpress.com/2012/04/07/cara-meningkatkan-motivasi-belajar-siswa/)

Jumat, 17 Oktober 2014

Cara Mendidik Anak di Rumah

Mendidik adalah cara untuk mengajak dan memotivasi anak anda dalam menciptakan lingkungan yang positif ,sehingga mengenali pengetahuan baru yang dapat diimplementasikan pada kehidupan sehari-hari. Mendidik anak adalah hal yang utama dalam memberikan pengenalan norma dan wawasan sehingga membentuk pribadi, sikap mental dan akhlak yang lebih baik. Banyak yang  salah mengartikan bahwa dengan memasukan anak anda ke sekolah, seperti pendidikan anak usia dini sudah memberikan cara mendidik anak terbaik padahal waktu anak untuk berinteraksi yang lama adalah bersama lingkungan dan keluarga. Bagi anda mendidik anak di rumah merupakan hal yang terpenting, mengingat pada usia anak-anak dikategorikan periode emas dimana kemampuan dan kebiasaannya akan menjadi dasar kehidupan di lingkungannya.

 

 

 

 

 

Berikut adalah beberapa cara mendidik anak di rumah :

1.   Mendidik untuk mandiri di usia dini
Sikap mendiri dapat anda tumbuhkan semenjak anak anda berusia dini. Berhentilah untuk melindungi anak anda, ketika fase anak anda bersosialisasi dengan teman sebayanya anda memberikan pengawasan saja tanpa mengekang atau melindungi kesalahan yang dia perbuat, tumbuhkan kebiasaan untuk dapat mengenali benda-benda miliknya untuk menjaga dan merapikan seusai bermain. Ketika memasuki masa sekolah berikan uang jajan dan usahakan untuk memberikan arahan dalam menggunakan uang jajannya seperti menyisihkan untuk menabung.
2.   Mendidik untuk mempunyai rasa ingin tahu yang positif
Keingintahuan di usia kanak-kanak memang tinggi beberapa benda atau peristiwa yang baru ingin dia ketahui ,sehingga untuk anda dapat belajar memberikan arahan dalam menemukan jawaban pertanyaanya dengan menghubungkan aktivitas sehari-hari yang mudah dia pahami. Apabila pertanyaan anak anda memasuki penjelasan yang membingungkan beri tahu intinya saja dengan beberapa kata untuk memudahkan pemahamannya dan arahkan penjelasan ke hal positif.
3.   Mendidik untuk berpendapat
Biarkan anak anda untuk berpendapat. Sebuah keterampilan hidup yang penting adalah kemampuan untuk melibatkan orang dari segala usia dalam percakapan. Memberikan kesempatan anak anda untuk berpendapat membuat rasa percaya dirinya tumbuh meskipun pada umunya anda sering kali mengabaikan karena menganggap bahwa pendapat anda selalu benar. Redam rasa egois  anda untuk memberikan teladan yang baik dalam mendengar pendapat orang. Sehingga saling menghargai bisa ditanamkan pada usia anak anda.
4.   Mendidik anak untuk hidup sederhana
Banyak fakta yang menunjukan bahwa anak yang sukses dahulunya berada di keluarga yang sederhana. Hal ini dikarenakan kesederhanaan yang anak-anak alami menjadi salah satu gaya kehidupanya. Memberikan penderitaan artifical bukan berarti anak anda harus menderita akan tetapi anak anda dikondisikan serba terbatas dalam menginginkan sesuatu sehingga memicu anak anda untuk bekerja keras, disiplin, menolong sesama dan peduli dengan lingkungannya. Ketika anak anda mengingankan mainananya anda dapat memberikan beberapa tantangan seperti mainan akan diberikan setelah anak anda membiasakan membersihkan kamarnya setiap hari.
5.   Mendidik anak menjadi teladan yang baik
Bila anak anda ingin memiliki pribadi yang baik sedangkan keluarganya tidak mendukung dengan kegiatan sehari hari ke arah teladan yang baik itu merupakan pekerjaan yang sia-sia. Sehingga untuk anda yang ingin mendidik anak untuk menjadi teladan yang baik harus dimulai dari anda dan keluarga yang terbaik. Berikan contoh kegiatan sehari-hari yang terbaik sehingga keteladan anak anda akan mencontoh perilaku anda. Contoh dalam kehidupan nyata adalah ketika anda melarang anak berbicara ketika makan sedangkan anda melakukan percakapan ketika makan, ini merupakan teladan yang buruk.

.>> Copas  http://bidanku.com

Rabu, 15 Oktober 2014

PEMBELAJARAN LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG


A.    Pembelajaran langsung
Model pembelajaran langsung menurut Arends (Trianto, 2011 : 29) adalah “Salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah”. Sejalan dengan Widaningsih, Dedeh (2010:150) bahwa pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan mengenai bagaimana orang melakukan sesuatu, sedangkan pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan tentang sesuatu.
Proses pembelajaran langsung merupakan proses pendidikan di mana dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, siswa mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik dengan berinteraksi secara langsung dengan sumber belajar. Dalam pembelajaran langsung tersebut peserta didik melakukan kegiatan dalam bentuk kegiatan-kegiatan belajar seperti: mengamati, bertanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, menganalisis, hingga mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Di dalam proses pembelajaran langsung akan dihasilkan pengetahuan (aspek kognitif) dan keterampilan langsung (psikomotor) atau yang disebut dengan instructional effect.
Widaningsih, Dedeh (2010:151)
 Ciri-ciri Pengajaran Langsung adalah sebagai berikut :
    1. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.
    2. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
    3. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pengajaran.
Pembelajaran langsung memiliki pola urutan kegiatan yang sistematis untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh guru atau peserta didik, agar pembelajaran langsung tersebut terlaksana dengan baik. Menurut Kardi & Nur (Trianto 2011:31) fase-fase pada model pembelajaran langsung dapat dilihat pada Tabel 2.4:
Tabel 2.4
Fase dan Peran Guru dalam Model Pembelajaran Langsung
No
Fase
Peran Guru
1
Menyampaikan Tujuan Pembelajaran dan mempersiapkan siswa
Menjelaskan Tujuan, Materi Prasyarat, memotivasi siswa, dan mempersiapkan siswa
2
Mendemonstrasikan Pengetahuan dan Keterampilan
Mendemonstrasikan keterampilan atau menyajikan informasi tahap demi tahap
3
Membimbing Pelatihan
Guru memberi latihan terbimbing
4
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Mengecek kemampuan siswa dan memberikan umpan balik
5
Memberikan latihan dan penerapan konsep
Mempersiapkan latihan untuk siswa dengan menerapkan konsep yang dipelajari pada kehidupan sehari-hari.

B.     Pembelajaran tidak langsung
Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran tertentu, pengembangan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat.
Teknik utama dalam mengaplikasikan model pembelajaran pengajaran tidak langsung adalah apa yang diistilahkan oleh Roger sebagai Non-directive Interview atau wawancara tanpa menggurui, yaitu wawancara tatap muka antara guru dan siswa.
Kunci utama keberhasilan dalam menerapkan model ini adalah kemitraan antara guru dan siswa. Menurut Rogers, iklim wawancara yang dilakukan oleh guru harus memenuhi empat syarat yaitu:
1.      Guru harus mampu menunjukkan kehangatan dan tanggap atas masalah yang dihadapi siswa dan memperlakukannya sebagaimana layaknya manusia,
2.       Guru harus mampu membuat siswa dapat mengekspresikan perasaanya tanpa tekanan dengan cara tidak memberikan penilaian (mencap salah atau mencap buruk),
3.       Siswa harus bebas mengekspresikan secara simbolis perasaanya, dan
4.      proses konseling (wawancara) harus bebas dari tekanan;

Model Pembelajaran Pengajaran Tidak Langsung (tanpa menggurui) bisa digunakan untuk berbagai situasi masalah, yaitu :
a)      Pribadi
Dalam masalah pribadi, siswa menggali perasaannya tentang dirinya.
b)      Sosial
Dalam masalah sosial, ia menggali perasaannya tentang hubungannya dengan orang lain dan menggali bagaimana perasaan tentang dirinya tersebut berpengaruh terhadap orang lain.
c)      Akademik
Dalam masalah akademik, ia menggali perasaannya   tentang kompetensi dan minatnya.
Kelebihan Model Pembelajaran ini adalah:
1.      Mendorong ketertarikan dan keingintahuan peserta didik,
2.      Menciptakan alternatif dan menyelesaikan masalah,
3.      Mendorong kreativitas dan pengembangan keterampilan interpersonal dan kemampuan yang lain,
4.       Pemahaman yang lebih baik,
5.      Mengekspresikan pemahaman.

Selasa, 14 Oktober 2014

Membangun Karakter Sejak Pendidikan Anak Usia Dini

Kawan, jika saya ditanya kapan sih waktu yang tepat untuk menentukan kesuksesan dan keberhasilan seseorang? Maka, jawabnya adalah saat masih usia dini. Benarkah? Baiklah akan saya bagikan sebuah fakta yang telah banyak diteliti oleh para peneliti dunia.
Pada usia dini 0-6 tahun, otak berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa emas anak (golden age).
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli Perkembangan dan Perilaku Anak dari Amerika bernama Brazelton menyebutkan bahwa pengalaman anak pada bulan dan tahun pertama kehidupannya sangat menentukan apakah anak ini akan mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya dan apakah ia akan menunjukkan semangat tinggi untuk belajar dan berhasil dalam pekerjaannya.
Nah, oleh karena itu, kita sebagai orang tua hendaknya memanfaatkan masa emas anak untuk memberikan pendidikan karakter yang baik bagi anak. Sehingga anak bisa meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupannya di masa mendatang. Kita sebagai orang tua kadang tidak sadar, sikap kita pada anak justru akan menjatuhkan si anak. Misalnya, dengan memukul, memberikan pressure yang pada akhirnya menjadikan anak bersikap negatif, rendah diri atau minder, penakut dan tidak berani mengambil resiko, yang pada akhirnya karakter-karakter tersebut akan dibawanya sampai ia dewasa. Ketika dewasa karakter semacam itu akan menjadi penghambat baginya dalam meraih dan mewujudkan keinginannya. Misalnya, tidak bisa menjadi seorang public speaker gara-gara ia minder atau malu. Tidak berani mengambil peluang tertentu karena ia tidak mau mengambil resiko dan takut gagal. Padahal, jika dia bersikap positif maka resiko bisa diubah sebagai tantangan untuk meraih keberhasilan. Anda setuju kan?

Banyak yang mengatakan keberhasilan kita ditentukan oleh seberapa jenius otak kita. Semakin kita jenius maka semakin sukses. Semakin kita meraih predikat juara kelas berturut-turut, maka semakin sukseslah kita. Benarkah demikian? Eit tunggu dulu!
Saya sendiri kurang setuju dengan anggapan tersebut. Fakta membuktikan, banyak orang sukses justru tidak mendapatkan prestasi gemilang di sekolahnya, mereka tidak mendapatkan juara kelas atau menduduki posisi teratas di sekolahnya. Mengapa demikian? Karena sebenarnya kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan otak kita saja. Namun kesuksesan ternyata lebih dominan ditentukan oleh kecakapan membangung hubungan emosional  kita dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Selain itu, yang tidak boleh ditinggalkan adalah hubungan spiritual kita dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Tahukah anda bahwa kecakapan membangun hubungan dengan tiga pilar (diri sendiri, sosial, dan Tuhan) tersebut merupakan karakter-karakter yang dimiliki orang-orang sukses. Dan, saya beritahukan pada anda bahwa karakter tidak sepenuhnya bawaan sejak lahir. Karakter semacam itu bisa dibentuk. Wow, Benarkah? Saya katakan Benar! Dan pada saat anak berusia dini-lah terbentuk karakter-karakter itu. Seperti yang kita bahas tadi, bahwa usia dini adalah masa perkembangan karakter fisik, mental dan spiritual anak mulai terbentuk. Pada usia dini inilah, karakter anak akan terbentuk dari hasil belajar dan menyerap dari perilaku kita sebagai orang tua dan dari lingkungan sekitarnya. Pada usia ini perkembang mental berlangsung sangat cepat. Pada usia itu pula anak menjadi sangat sensitif dan peka mempelajari dan berlatih sesuatu yang dilihatnya, dirasakannya dan didengarkannya dari lingkungannya. Oleh karena itu, lingkungan yang positif akan membentuk karakter yang positif dan sukses.

Lalu, bagaimana cara membangun karakter anak sejak usia dini?

Karakter akan terbentuk sebagai hasil pemahaman 3 hubungan yang pasti dialami setiap manusia (triangle relationship), yaitu hubungan dengan diri sendiri (intrapersonal), dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar), dan hubungan dengan Tuhan YME (spiritual). Setiap hasil hubungan tersebut akan memberikan pemaknaan/pemahaman yang pada akhirnya menjadi nilai dan keyakinan anak. Cara anak memahami bentuk hubungan tersebut akan menentukan cara anak memperlakukan dunianya. Pemahaman negatif akan berimbas pada perlakuan yang negatif dan pemahaman yang positif akan memperlakukan dunianya dengan positif. Untuk itu, Tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini, salah satunya dengan cara memberikan kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, membantu anak mengarahkan potensinya dengan begitu mereka lebih mampu untuk bereksplorasi dengan sendirinya, tidak menekannya baik secara langsung atau secara halus, dan seterusnya. Biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ingat pilihan terhadap lingkungan sangat menentukan pembentukan karakter anak. Seperti kata pepatah bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi, bergaul dengan penjual ikan akan ikut amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan sehat akan menumbuhkan karakter sehat dan baik, begitu pula sebaliknya. Dan yang tidak bisa diabaikan adalah membangun hubungan spiritual dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan spiritual dengan Tuhan YME terbangun melalui pelaksanaan dan penghayatan ibadah ritual yang terimplementasi pada kehidupan sosial.
Nah, sekarang kita memahami mengapa membangun pendidikan karakter anak sejak usia dini itu penting. Usia dini adalah usia emas, maka manfaatkan usia emas itu sebaik-baiknya.

Salam

Senin, 13 Oktober 2014

KONSEP EVALUATION, KONSEP ASSESMENT, KONSEP MEASUREMENT DAN KONSEP TEST




1.      Konsep evaluation
Beberapa pengertian menurut para pakar diantaranya :
a.       Menurut (Mehrens dan Lehman, 1978) dalam Ngalim Purwanto mendefenisikan evaluasi dalam arti luas sebagai suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.
b.      Menurut kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary Of Current English (AS Hornby, 1986), evaluasi adalah to find out, decide the amaunt or value. Yang artinya suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah.
c.       Menurut Suchman, 1961 dalam Anderson, 1975 sebagaimana yang dikutip Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin Abdul Jabar menuliskan evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai eberapa kegiatan yang telah direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan.
d.      Menurut Joint Committee on Standards For Educational Evaluation (1994) dalam Stufflebeam and Shinkfield mengungkapkan bahwa “ evaluation is the systematic assessment of the wort or merit of an object”. Kemudian Anas Sujidono juga memberikan pengertian evaluasi sebagai suatu kegiatan atau proses untuk menilai sesuatu.
Dari defenisi diatas dapat  disimpulakan bahwa evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dengan menggunakan beberapa metode tertentu untuk mengukur dan menilai suatu program atau kegiatan dalam rangka mencapai suatu tujuan.


2.      Konsep assesmen
Beberapa pengertian menurut para pakar diantaranya :
a.       Menurut Anas Sudijono mengartikan measurement atau pengukuran sebagai kegiatan yang dilakukan untuk mengukur sesuatu. Mengukur pada haikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu.
b.      Menurut Kerlinger (1996 : 687) dalam Purwanto, pengukuran (measurement) adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan alat ukurnya dan kemudian menerakan angka menurut sistem aturan tertentu.
c.       Menurut Zaenal Arifin pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa, measurement atau pengukuran merupakan suatu kegiatan membandingkan sesuatu dengan ukuran tertentu untuk mendapatkan nilai atau akurasi suatu objek. Pengukuran dalam praktiknya lebih bersifat kuantitatif.


3.      Konsep Measurement
Beberapa pengertian menurut para pakar diantaranya :
a.       Menurut Anas Sudijono mengartikan measurement atau pengukuran sebagai kegiatan yang dilakukan untuk mengukur sesuatu. Mengukur pada haikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu.
b.      Menurut Kerlinger (1996 : 687) dalam Purwanto, pengukuran (measurement) adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan alat ukurnya dan kemudian menerakan angka menurut sistem aturan tertentu.
 pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa, measurement atau pengukuran merupakan suatu kegiatan membandingkan sesuatu dengan ukuran tertentu untuk mendapatkan nilai atau akurasi suatu objek. Pengukuran dalam praktiknya lebih bersifat kuantitatif.

4.      Konsep test

Tes merupakan bagian tersempit dari penilaian. Menurut Djemari (2008:67) menyatakan bahwa tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan. Menurut Webster’s Collegiate, tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 1998: 29).
Dengan demikian, tes adalah sekumpulan butir yang merupakan sampel dari populasi butir mengukur perilaku tertentu baik berupa keterampilan, pengetahuan, kecerdasan, bakat dan sebagainya dimana dalam penyelenggaraannya siswa didorong untuk memberikan penampilan maksimalnya.  Adapun bentuk tes yang digunakan dilembaga pendidikan dilihat dari sistem penskorannya dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu:

a.       Tes objektif, bahwa siapa saja yang memeriksa lembaran jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama. Skor tes ditentukan oleh jawaban yang diberikan oleh peserta tes.
b.      Tes subjektif, yaitu tes yang penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor. Jawaban yang sama akan memiliki nilai yang berbeda oleh pemberi skor yang berlainan.