Minggu, 12 Oktober 2014

SOLIDARITAS, RELIGI DAN ORIENTASI KOGNITIF MASYARAKAT MINAHASA

1. SOLIDARITAS DAN KERUKUNAN
            Gejala solidaritas ini tidak hanya terlihat pada kalangan kerabat,tetapi juga pada kalangan yang lebih luas lagi yang meliputi : wagra serukuntetangga,sekampung,sekecamatan,atau di luar Minahasa.
          Variasi mapalus sebagai suatu pranata sosial tradisional yang penting adalah sanagat besar. Mapulus dalam arti yang umum seperti yang terdapat disebutkan sebagai suatu bentuk kerja sama atau bantuan-membantuan dari sejumlah orang sekampung. Kelompok mapulus dapat dibentuk berdasarkan pada kepentingan bersama oleh sejumlah individu yang bersedia bekerja sama atas dasar prinsip resiprositas yang dalam pelaksanaanya terorganisasi sebagai kegiaatan dalam bentuk perkumpulan-perkumpulan. Dahulu pranata mapulus banyak ditunjukkan pada saling bantu membantu dalam pekerjaan-pekerjaan pertanian dari suatu kelompok yang berjumlah sekitar 20 orang, dengan prinsip timbale balik ( disebut juga ma’ando ). Bentuk-bentuk dari mapalus mendirikan rumah atau mengganti atap rumah, dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kedudukan ,namun mapalus untuk pekerjaan-pekerjaaan pertanian adalah yang paling penting menonjol dan penting bagi masyarakat desa di Minahasa pada masa lampau. Mapulus dalam arti yang umum seperti yang terdapat disebutkan sebagai suatu bentuk kerja sama atau bantuan-membantuan dari sejumlah orang sekampung.
            Kerukunan suatu kesadaran akan kesatuan tempat asal seperti sekampung, dan sekecamatan yang terwujud dalam berbagai bentuk perkelompokan social seperti perkumpulan-perkumpulan, persatuan-persatuan, dan sebagainya.kerukunan yang telah mencakup wilayah kecamatan atau wilayah distrik disebub pakasa’an .
            Pakasa’an ialah wilayah kesatuan adat yang sama dengan apa yang dahulu juga disebut walak,yang kemudian oleh pemerintah belanda disebut wilayah administrasi yang disebut distrik.


2. RELIGI PRIBUMI
     Unsur-unsur kepercayaan pribumi yang dapat disaksikan pada orang Minahasa, yang sekarang secara resmi telah memeluk agama Protestan, Katolik, maupun islam, merupakan peninggalan sistem religi jaman dahulu sebelum berkembangnya agama kristen. Unsur religi terlihat dalam beberapa upacara adat yang dilakukan oleh orang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sekitar lingkaran hudup individu, seperti : masa hamil, kelahiran, perkawinan, kematian maupun dala bentuk-bentuk pemberian kekuatan gaib (sakti) dalam menghadapi berbagai jenis bahaya yang dapat menimpa seseorang maupun seluruh rumah tangga, serta yang berhubungan dengan pekerjaan –pekerjaan mata pencaharian.
     Dalam mitologi orang Minahasa sistem kepercayaan dahulu mengenal banyak dewa. Dewa oleh penduduk disebut empung atau jugga opo, dan dewa yang tertinggi disebut opowailan wangko. Dewa yang penting sesudah dewa tertinggi tersebut adalah karema.Opo wailan wongko, dianggap pencipta seluruh alam dan segala isinya, yang dikenal oleh manusia yang memujanya. Karema yang mewujudkan diri sebagai manusia adalah sebagai petunjuk jalan bagi lumimuut (seorang wanita sebagai manusia pertama) untuk mendapatkan keturunan seorang pria yang bernama toar. Toar juga dianggap sebagai pembawa adat khususnya cara-cara pertanian, dia berperan sebagai cultural hero (dewa pembawa adat).Roh leluhur juga disebut opo, atau sering disebut dotu, yang pada masa hidupnya adalah seorang yang dianggap sakti dan juga sebagai pahlawan.
     Kepercayaan bahwa ada bagian-bagian tubuh yang mempunyai kekuatan sakti ada juga pada orang Minahasa, seperti rambut dan kuku. Juga binatang-binatang yang mempunyai kekuatan sakti adalah seperti ular hitam dan beberapa jenis burung terutama burung hantu (manguni). Dan untuk tumbuh-tumbuhan adalah seperti tawa’ang, goraka (jahe), balacari, jeruk suangi,dan lain-lain. Gejala-gejala alam seperti gunung meletus, hujan lebat bersama petir yang terus-menerus dianggap sebagai perwujudan akan amarah para dewa. Alat-alat senjata yang juga dianggap mempunyai kekuatan sakti yang harus dijaga dengan baik adalah seperti : keris, santi (pedang panjang), lawang (tombak), dan kelung (perisai). Ucapan yang beruapa sumpahan dan kutukkan jug adikenal sebagai kata-kata yang dapata mengakibatkan malapetaka, apalagi kalau yang mengucapkan nya adalah orang tua, karena kata-kata dianggap mempunyai kekuatan sakti. Bendajimat abik yang diwariskan oleh orang tua nmaupun yang dapat dari walian atau tona’as disebut paeretan, adalah sebagai benda-benda yang kesaktiannya dipercayai, yang sampai saat sekarang banyak dipakai.
     Tempat upacara keagamaan pribumi biasanya dilakukan pada malam hari di rumah tona’as atau di rumah orang tain. Juga dapat dilakukan pada tempat-tempat lain yang dianggap keramat, seperti pada kuburan opo-opo, batu-batu besar, dan di bawah pohon besar. Pada saaat-saat tertentu yang dianggap penting uapacara dilakukan di watu pinabetengan, tempat dimana secara mitologis adalah yang paling keramat di Minahasa (di dekat kampong pinabetengan, Minahasa Tengah). Upacara yang dilakukan di tempat ini adalah upacara untuk mendapatkan kesaktian dari opo-opo untuk tujuan-tujuan tertentu yang dianggap baik melalui medium tona’as. Tokoh tradisional yang melakukan dan memimpin upacara-upacara keagamaan pribumi sepert apa yang dikenal dahulu walian. Pemimpin upacara ini dapat dipegang oleh seorang wanita maupun oleh pria.
     Sistem kedukunan, yang terpusat pada peran dukun (tou ma’undam) pana orang Minahasa terbagi dalam beberapa spesialis
1.      Dukun biyang : yaitu yang melakukan perawatan kesehatan pada ibu hamil, persalinan, dan pascasalin bagi ibu dan bayi.
2.      Tukang mawi : yaitu orang yang dapat menunjukan siapa yang mencuri barang seseorang.
3.      Madiara atau pandoti : yaitu orang yang dapat mencelakakan orang lain dengan guna-guna atau fui-fui.
4.      Tu’a : yaitu orang tua yang berpengetahuan dan yang arif dan bikjaksana di desa biasanya melakukan pekerjaan yang baik-baik seperti menyembuhkan orang sakit, mengusir roh-roh jahat sebelum memasuki rumah baru.
3. ORIENTASI KOGNITIF DANMASALAH  KEMAJUAN
Dalam setiap sistem budaya komponen-komponen kognitif pengetahuan dan kepercayaan (keagamaan maupun non keagamaan) yang antara lain terwujud sebagai premise-premisi moral dan nilai yang membentuk dan mengatur perilaku anggota-anggota masyarakat yang bersangkutan.
Hakekat individu dalam kesatuan kemasyarakatan. Orentasi nila budaya Minahasa yaitu konsepsi si tou timou timou tou, yang artinya seorang manusia menjadi manusia dalam perananannya menghidupkan manusia lain. Kosepsi ini diberi tafsir oleh tilar dengan mengemukakan bahwa peran seorang (tou) ialah “menjadi manusia”, manusia adalah being bukan given serta mempunyai potensi untuk berkembang (timou) namun ia bertanggung jawab untuk menghidupkan (tumou) orang lain. Manusia harus dapat mengembangkan potensi atau kualitasnya untuk dapat mempunyai arti atau peran dalam masyarakat. Inilah akar motivasi maju dari orang Minahasa (Tillar 1985:12).
Premis budaya dapat dihubungkan dengan azas kesamaan social sebagai manusia yaitu, bahwa semua orang memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup dalam masyarakat. Seseorang (pria dan wanita) yang berhasil memperoleh kedudukan yang lebih tinggi dari pada orang lain adalah merupakan hasil usahanya, prestasinya, bukan karena keturunan. Adalah gejala umum di Minahasa sejak masa penjajahan bahwa orang-orang tua dari pejabat-pejabat terpandang justru tergolong rakyat biasa atau pegawai bawahan. Selain itu premise budaya egalitarianism tersebut menunjukan pula sisi lain, yaitu azas resiprositas yang terwujud gagasan-gagasan persatuan (maesa-esa’an), ikatan batin (magenang-genangan, mailek-ilekan), dan kerjasama (masawang-sawangan). Gagasan ini merupakan usaha yang secara konkrit dapat dilihat pada tingkat kelompok kekerabatan dan komunitas pedesaan.
Persepsi waktu dalam hidup. Bagi orang Minahasa makna kehidupan masa kini dan masa depan adalah sama penting. Kehidupan ”masa kini” diartikan sebagai suatu fase kehidupan seseorang yang tidak terlepas dari perannya dalam menjalankan pekerjaan mata pencaharian hidup tertentu dalam suatu persepsi wakru tertentu. Sebagian dari persepsi waktu ini adalah “masa kemudian”, waktu yang akan datang, selama pekerjaaan itu, yang sudah dijalankan sejak saat tertentu pada waktu lampau, akan terus dilaksanakan.
Suatu perolehan berkat dan upacaranya bukan hanya bermakna keagamaan tetapi juga hubungan kemasyarakatan. Upacara ini merupakan pesta yang bermakna kaipian, yaitu pemeberian penghormatan kepada tamu untuk mencicipi makanan sebagai simbol, berkat, hasil upaya, yang besangkutan. Premisnya adalah bahwa suatu berkat yang diperoleh seseorang sepatutnya turut dirasakan pula oleh orang-orang lain, upaacara ini dilakukan secara terbuka supaya orang lain dapat menyaksikan kenyataan bahwa yang berupaya secara jujur dan seswuai dengan kehendak (anugerah) tuhan danpat berhasil, dan menunjukan bahwa masa depan bagi orang-orang yang berupaya keras adalah terbuka, tidak suram.aspek hubungan masyarakat lainnya dalah fungsi resiprositas. Orientasi nilai masa depan yang jelas adalah berhubungan dengan persepsi orang-orang tua terhadap tujuan pendidikan formal bagi anak-anak mereka.
Persepsi kerja dan hidup.persepsi kerja dikalangan orang Minahasa sangan dipengaruhi oleh suatu premisi budaya petani bahwa orang hidup untuk kerja (secara fisik) dan ini harus dilaksanakan secara sungguh-sungguh supaya berhasil. Kerja merupakan dasar untuk dapat hidup lebih lanjut, kerja keras yang disertai doa untuk mendapatkan berkat dari tuhan. Kegagalan menuntut intropeksi diri untuk menyadari kesalahan apa yang telah diperbuat dari segi adikodrat dan sosial. Orang yang berhasil, disertai dengan kepribadian yang baik dianggap memeiliki pula “manfaat sosial”. Prestasinya dianggap mengangkat nama kelompok kekerabatan (famili) yang bersangkutan.
Dihubungkan dengan hakekat hidup manusia, bekerja dan berprestasi tetapi dalam bimbingan, kuasa, dan berkat tuhan, merupakan kewajiban yang mengisi hidup di dunia. Hidup adalah berkat, bukan penderitaan, tetapi bukan milik orang-orang malas dan orang-orang yang menolak kewajiban-kewajiban untuk tomou toa.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar